Tuesday 6 December 2011

+ Di Balik Final Fantasy versi Android yang Berbahasa Indonesia




"Saat kegelapan menyelimuti dunia, 4 Petarung Cahaya akan datang." Itulah bait ramalan yang menjadi dasar kisah game Role Playing Game besutan Square Enix yakni Final Fantasy. Sewaktu perusahaan itu bernama Squaresoft, permainan ini dirilis tahun 1987 untuk konsole Nintendo dan seterusnya menjadi franchise paling laris di dunia. Sekuelnya berjajar hingga kini, Final Fantasy XIII-2, dari konsol Nintendo, Super Nintendo, Sony Playstation, Playstation 2, hingga Playstation 3.

Pada tahun 2011, judul tersebut didaur ulang oleh Square Enix untuk pengguna ponsel. Muncullah Final Fantasy yang bisa dimainkan di ponsel Android. Prosesnya tidak sekedar menyalin ke platform baru, melainkan merombak ulang grafis dan suaranya. Penggunaan layar sentuh yang jamak dijumpai di handset Android pun diintegrasikan dalam permainannya. Jadilah, Final Fantasy dengan cita rasa baru dengan harapan bisa merangkul konsumen baru yang barangkali masih bayi sewaktu game aslinya dirilis.

Bagi Indonesia, permainan ini memiliki makna istimewa karena dipilih Square Enix sebagai negara pertama untuk perilisannya. Tidak hanya itu, bekerja sama dengan studio pengembang lokal, Altermyth, permainan yang mengisahkan empat pendekar itu dialihbahasakan dari Inggris ke Indonesia.

Untuk sementara, Final Fantasy versi Indonesia ini menjalin kerja sama dengan ponsel merk Samsung sehingga bisa diunduh secara gratis di Samsung Apps, sebuah pasar aplikasi khusus untuk hape merek Samsung. Sayangnya, game ini baru bisa dimainkan oleh hape yang memiliki layar lega, misalnya Samsung seri Galaxy.

Direktur Altermyth, Wong Lok Dien, mengungkapkan bahwa pihaknya ditunjuk sebagai partner lokal Square Enix untuk menggarap penerjemahan Final Fantasy. Proses pengalihbahasaannya berlangsung selama dua hingga tiga minggu. Salah satu kendala dalam menerjemahkan adalah bahasa Indonesia ternyata tidak seringkas bahasa Inggris maupun Jepang sehingga menuntut tim penerjemah untuk berkerja keras.

Disinggung mengenai pengalihbahasaan Final Fantasy, Dien mengungkapkan bahwa hal tersebut memang menjadi strategi pemasaran yang sudah dibahas bersama Square Enix. Dalam wawancara tertulis itu, Dien mengharapkan agar para penggemar Final Fantasy terus mendukung upaya ini agar terus mendapatkan kepercayaan menggarap seri-seri Final Fantasy berikutnya. Dien menjanjikan bahwa seri-seri berikutnya sudah menanti.

Dari sisi cerita, tidak ada perubahan dalam Final Fantasy versi NES dengan versi Android, yakni petualangan empat pejuang yang masing-masing membawa kristal untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran yang disebabkan empat monster yang dipimpin raja iblis. Dari sisi grafis, tampilannya jauh lebih baik dari grafis 8 bit ala NES, sama halnya dengan musik.

Sebelum memainkan Final Fantasy, ada baiknya mematikan koneksi data atau sekalian masuk ke mode airplane bagi hape Android. Selain menghemat batere, cara ini efektif untuk mengantisipasi aplikasi yang tiba-tiba muncul di hape misalnya seperti SMS masuk. Pasalnya, begitu layar berganti, permainan langsung terhenti.

Beruntung, permainan tersebut menggunakan memori singkat untuk merekam posisi terakhir kita sehingga bisa melanjutkan dengan mudah. Namun, bila sedang masuk ke layar pertempuran atau menu toko, pilihan untuk melanjutkan permainan akan mengembalikan kita sebelum pertarungan dimulai. Sistem permainan ini sebetulnya membuka celah untuk dieksploitasi.

Inkonsisten

Menurut pengalaman saya yang menjajal permainan ini hampir satu jam, tidak ada kendala berarti dalam menikmati Final Fantasy cita rasa bahasa Indonesia. Hanya saja, sempat ditemukan beberapa catatan mengenai pengalihbahasaan menjadi Bahasa Indonesia yakni tidak seluruhnya ternyata dialihabahasakan.

Misalnya penggunaan istilah permainan yang tetap dalam bahasa Inggris seperti nama senjata, nama mantra sihir, dan nama tempat. Di bagian awal permainan, Altermyth sempat "terpeleset" sewaktu menyebut "Kuil Kekacauan" padahal mereka tetap menggunakan nama "Chaos Shrine" sebagai nama tempatnya.

Manajer Altermyth, Ratih Anggraini, mengatakan penggunaan Bahasa Inggris untuk nama senjata, tempat, maupun mantra sihir, merupakan permintaan dari Square Enix. "Mereka menginginkan pengguna di Indonesia paham dan menikmati cerita yang disajikan gamenya tapi tanpa mengubah nama-nama yang sudah mereka ciptakan," ujarnya.

Penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia pun bukan tanpa masalah. Pada beberapa titik ditemukan dialog yang terasa diterjemahkan secara harafiah tanpa melihat konteks. Sehingga bisa ditemukan dialog yang berulang seperti: "Saya dikenal sebagai pengajar yang mengajarkan tentang penggunaan sihir" sehingga kurang memikat bagi para penggunannya.

Namun, secara garis besar, Final Fantasy berbahasa Indonesia ini menjadi tonggak sejarah penting bagi industri game di Indonesia. Pasar dengan penduduk 220 juta orang dan 185 juta pengguna ponsel ini mulai dilirik produser video game asing sebagai pasar empuk. Dengan bekerja sama dengan studio setempat, diharapkan ada transfer teknologi maupun pengalaman.




0 comments:

Post a Comment

silahkan meninggalkan komentar anda disini, terima kasih..