Friday 5 October 2012

+ 5 Impian Nyeleneh Steve Woz untuk Apple




Samsung Electronics mencetak laba US$ 7,3 miliar atau setara Rp 65,7 triliun di triwulan III-2012, naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lonjakan laba ini berkat penjualan Galaxy S III yang tinggi.

Tapi laba di triwulan terakhir tahun ini diperkirakan akan turun, pasalnya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/10/2012), Samsung akan banyak mengeluarkan biaya pemasaran dan promosi untuk melawan ponsel terbaru Apple, iPhone 5, dan ponsel pintar lainnya di dunia.

Tahun ini, produsen elektronik asal Korea Selatan itu mengincar laba sebanyak US$ 25 miliar (Rp 225 triliun). Target ini membuat para karyawannya bersemangat dengan adanya iming-iming bonus yang tinggi di akhir tahun.

Meski demikian, Samsung juga harus mengesampingkan sejumlah dana untuk membayar denda sebesar US$ 1 miliar (Rp 9 triliun) atas kekalahannya terhadap Apple Agustus lalu.

Analis memperkirakan omzet raksasa teknologi itu akan melambat hingga akhir tahun ini akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia dan turunnya permintaan akan produk elektronik secara global.


1. iTunes di Android

iTunes dan gadget Apple merupakan sesuatu yang tak bisa dipisahkan. Lantas, bagaimana jika yang terhubung dengan iTunes merupakan ponsel Android?

Tentu ini sulit dipercaya. Terlebih, pendiri Apple lainnya -- Steve Jobs -- dikenal sangat membenci OS robot hijau yang sekarang dimiliki Google itu.

Pun demikian, lain Jobs lain pula Woz. Nama terakhir justru sangat menginginkan iTunes bisa dinikmati di perangkat Android.

"Jika Anda ingat, Apple memungkinkan iTunes di Windows. Maka mengapa Apple tidak menyediakannya juga untuk Android? Saya menyukai produk Apple dan iTunes serta berharap ini ada di Android juga," ujar Woz.

Woz memang dikenal lebih berpikiran 'terbuka'. Ia pun menikmati setiap perangkat yang dibuat berbagai perusahaan, termasuk kompetitor Apple dan memberikan penilaian dengan jujur.


2. Stop Perang Paten

Seperti diketahui, Apple saat ini begitu agresif melancarkan gugatan paten ke berbagai vendor teknologi. Pertempuran paten mereka yang paling 'panas' adalah melawan Samsung.

Namun di mata Woz, perang paten justru malah akan membuat perkembangan teknologi terkungkung. Sebaliknya, ia lebih memakai jalur damai.

"Saya berharap, ketimbang Apple melancarkan gugatan Apple, lebih baik mereka duduk bersama dan memikirkan lisensi silang dengan vendor lain," kata Woz.

"Dengan cara itu, mereka akan menciptakan fitur yang lebih baik tanpa harus membuat tampilan (user interface) yang bikin pusing," lanjutnya.

Jalan damai ini pun dianggap akan lebih bagus bagi Apple untuk menelurkan gadget-gadget yang lebih canggih lagi.


3. Ponsel Jumbo

Woz menilai pergerakan industri smartphone sudah semakin berani. Mereka tak terlalu terkungkung dengan ponsel berukuran standar, tapi sudah berani menciptakan ponsel berukuran jumbo.

Cara ini pun dilakukan pula oleh Apple yang baru saja merilis iPhone 5 dengan layar 4 inch, lebih besar ketimbang iPhone 4 dan 4S yang mengusung 3,5 inch.

Woz percaya jika layar dengan ponsel lebih besar ini akan memberikan value yang lebih baik kepada pengguna. Ia pun menyambutnya saat mengetahui Apple melakukan perubahan ukuran display di iPhone 5.

Sebab jika tidak, maka bisa-bisa iPhone akan ditinggalkan pengguna.

"Apple tidaklah inferior dibanding smartphone lain, dari sisi biayanya pun mirip. Begitu pula dengan iOS 6, tidak inferior dibanding Android," kata Woz.

"Jadi pasti ada sejumlah alasan jika Apple kehilangan penjualan dibanding produk lain," pungkasnya.


4. Generasi Muda Apple

Tak bisa dipungkiri, saat Steve Jobs mengembuskan nafas terakhir, pasti banyak yang memandang psimistis soal masa depan Apple.

Sebab, produsen iPhone dan iPad itu telah kehilangan ikon yang juga menjadi 'roh' Apple selama ini.

Pun demikian, menurut Woz, hilangnya sosok Jobs sudah dapat ditutupi oleh para generasi muda yang memperkuat perusahaan asal Cupertino itu..

"Kami telah melalui masa dimana banyak generasi muda yang potensial saat Steve Jobs kembali. Satu saran saya, kita harus melakukannya lagi," tukas Woz.


5. Open Source vs Close Source

Apple selama ini dikenal sebagai perusahaan yang tertutup. Sulit sekali untuk mengorek informasi dari perusahaan ini. Mereka pun cukup hebat dalam menjaga kerahasiaan informasinya.

Tentu ini berbanding terbalik dengan konsepsi open source yang dipegang Woz. Namun ia beranggapan bahwa baik open source atau close source itu tidak ada yang benar secara mutlak.

"Tidak ada satu opini yang benar. Saya memang lebih terbuka. Saya percaya bahwa Anda dapat menciptakan produk yang lebih inovatif dengan skema terbuka. Namun saya juga bisa salah," kata Woz.

Pasalnya, produk terbuka memiliki tendensi lebih rumit. Di sisi lain, mungkin saja sekitar 80% dari technophobia justru takut mengakui betapa sedikitnya hal yang kita ketahui, kata Woz.

Nah, hal inilah yang mungkin dialami orangtua kita. Jadi, Woz menilai cukup wajar jika ada yang ingin bermain 'aman' untuk menghindari risiko open source, sekaligus menghindari kerumitan yang mungkin bisa dihadapinya.






0 comments:

Post a Comment

silahkan meninggalkan komentar anda disini, terima kasih..