Gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang[2] dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa, Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh. Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT pada kedalaman 33 km.itu di release sesaat terjadi gempa. Setelah data dari berbagai Stasiun yang dipunyai jejaring BMG dan dilakukan perhitungan, update terakhir BMG menentukan pusat gempa berada di 8.03 LS dan 110,32 BT(update ke tiga) pada kedalaman 11,3 Km dan kekuatan 5.9 SR Mb (Magnitude Body) atau setara 6.3 SR Mw (Magnitude Moment).USGS memberikan koordinat 7,977° LS dan 110,318 BT pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Gempa susulan terjadi beberapa kali seperti pada pukul 06:10 WIB, 08:15 WIB dan 11:22 WIB. Gempa bumi tersebut mengakibatkan banyak rumah dan gedung perkantoran yang rubuh, rusaknya instalasi listrik dan komunikasi. Bahkan 7 hari sesudah gempa, banyak lokasi di Bantul yang belum teraliri listrik. Gempa bumi juga mengakibatkan Bandara Adi Sutjipto ditutup sehubungan dengan gangguan komunikasi, kerusakan bangunan dan keretakan pada landas pacu, sehingga untuk sementara transportasi udara dialihkan ke Bandara Achmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo. Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi. Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang dan 37.606 lainnya hilang. Meskipun pada saat bersamaan Gunung Merapi yang juga berada di sekitar daerah tersebut sedang meletus, namun para pakar menyatakan kedua peristiwa ini tidak saling berhubungan sebagai sebuah sebab-akibat. Peningkatan aktivitas di gunung api tersebut tidak berhubungan dengan kejadian gempa. Hal ini ditunjukkan oleh tidak terdapatnya anomali aktivitas yang mencolok sesaat setelah gempa. Adapun fenomena-fenomena tersebut yaitu : 1. Isu/Kabar Bohong tentang Tsunami 2. Tabrak Lari 3. Penjarahan atas nama perut 4. Penipuan atas nama bencana 5. Koruptor 6. Pencari Popularitas dan Pengobral Janji ( "artikel ini eko77 persembahkan bagi semua warga bantul baik korban yang meninggal, cacat, trauma n semua warga yang terkena dampak bencana yang sangat mengerikan tiga tahun silam.. doa n doa kita panjatkan bagi semua korban gempa mei di jogja ini, semoga semua diberi ampunan n ketabahan serta tidak ada lagi bencana seperti ini terulang lagi.. amin .........." )
adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter*Korban
*Lokasi gempa
*Gempa susulan
*Sebab dan peristiwa sejenis
*Gempa Bumi Jogja : Bencana Moralitas
Beberapa saat setelah gempa melanda Jogja. Beberapa orang jahat sengaja melontarkan isu bohong dengan maksud untuk membuat kepanikan sehingga mereka dengan bebas melakukan tindak kejahatan. Banyak teman saya yang kehilangan kendaraan bermotornya karena ditinggal lari ketika beberapa orang meneriakkan isu tsunami yang sudah dekat. Motor-motor yang ditinggal dalam keadaan terkuncipun hilang disambar sekelompok maling.
Situasi kepanikan yang luar biasa di jalanan akibat isu bohong tsunami, membuat masing-masing orang mencari selamat. Sekelompok orang nekat mengendarai kendaraan dengan brutal sehingga banyak pejalan kaki yang panik tertabrak dan terlindas. Mereka menjadi korban tabrak lari orang-orang tak bertanggung jawab.
Banyak penjarahan yang terjadi atas nama penderitaan perut mereka. Seperti penjarahan truk minyak tanah di Klaten, penjarahan logistik-logistik di posko ataupun kendaraan yang mengangkut logistik untuk distribusi wilayah tertentu. Saya tahu bahwa situasi mereka sangat menderita, tetapi tidakkah mereka bersabar sebentar untuk mempermudah koordinasi distribusi logistik, tidakkah mereka mengesampingkan perut mereka sebentar agar proses distribusi berjalan lancar. Tindakan mereka menjarah logistik yang sedang dalam perjalanan telah mengacaukan koordinasi bantuan untuk daerah-daerah terpencil (yang jauh dari jalan raya) sehingga banyak korban di daerah tersebut masih belum menerima bantuan.
Para penipu menggunakan kesempatan ini untuk mengumpulkan uang atas nama bencana gempa di Jogja baik di jalanan, maupun dari rumah ke rumah di berbagai kota di Indonesia. Uang yang terkumpul tidak akan sampai pada korban bencana, namun digunakan untuk keperluannya pribadi. Oleh karena itu masyarakat kiranya lebih berhati-hati dalam menyumbangkan dana bantuan. Pastikan bahwa pengumpul sumbangan merupakan suatu organisasi dengan identitas yang jelas dan terpercaya.
Banyak bantuan keuangan yang sedang mengalir ke Jogja saat ini. Namun jika kita belajar dari pengalaman di Aceh, akan muncul koruptor-koruptor yang siap bermain dengan semua itu. Ketakutan kemunculan koruptor pun sudah diprediksi oleh banyak pihak, maka saya setuju dengan KPK untuk memberikan hukuman seberat-beratnya bagi para koruptor bantuan gempa Jogja.
Banyak pihak/negara-negara tetangga saat ini yang menjanjikan bantuan yang sangat banyak berupa uang yang mencapai jutaan dolar, namun sungguh disayangkan jika itu hanyalah sebuah retorika politik untuk mencari popularitas ataupun hal lainnya. Fenomena ini hampir sama seperti pengalaman di Aceh, banyak janji-janji bantuan namun tidak kelanjutannya sampai sekarang.
Friday, 1 May 2009
+ Mengenang Gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 (3 th Pasca Gempa)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PERTAMAX...
ReplyDeletehikz hikz susah bareng-bareng seneng dewe-dewe fenomena apa ini bung??
sudah jangan berteman...
Seperti itulah sifat bangsa ini kang snot..
ReplyDelete