Thursday, 2 July 2009

+ Menteri Termiskin di Kabinet Indonesia Bersatu Anton Apriantono, Menteri Termiskin di Kabinet Indonesia Bersatu




Ke Daerah, dengan Tiket Ekonomi, Nginap di Rumah Petani
Di Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono
dijuluki sebagai menteri termiskin. Sebab, berdasar laporan harta kekayaan
penyelenggara negara (LHKPN), total kekayaannya "hanya" Rp 388.936 juta.
Bagaimana kesehariannya?


Bikin janji untuk bertemu Anton Apriantono tidak terlalu sulit. Di antara
menteri yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu, pria yang lama menjadi
dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu termasuk yang paling mudah
dihubungi melalui ponselnya.

Kemarin sore, Jawa Pos diberi kesempatan bertamu di rumah Anton di kompleks
perumahan dinas para menteri, tepatnya di Jl Widya Chandra V. Begitu masuk
ke halaman rumahnya, seorang petugas keamanan dengan tulisan nama Sukim di
dadanya ramah mempersilakan masuk. "Cari Bapak ya, silakan langsung saja ke
ruang tamu," ujarnya.

Halaman depan rumah dinas Anton tampak bersih. Aneka tanaman hias disusun
rapi dalam pot yang berisi tanah liat. Tidak ada tanaman perindang besar,
kecuali sebuah palem kipas yang ditanam di pojok pagar.

Berbeda dari rumah menteri lainnya, di garasi rumah Anton, hanya ada dua
mobil yang diparkir. Yakni, Kijang abu-abu keluaran 1994 dan mobil dinas
menteri Toyota Camry bernomor RI 24. Pemandangan tersebut berbeda dari rumah
dinas menteri-menteri lain yang, selain berisi mobil dinas, terdapat
beberapa mobil lain keluaran terbaru.

"Assalamu 'alaikum, apa kabar?" kata Anton ramah yang muncul dari ruang
tengah. Pria kelahiran 5 Oktober 1959 tersebut muncul dengan kemeja lengan
panjang bercorak garis-garis. "Hari ini banyak tamu. Maklum, masih suasana
Idul Fitri," ujarnya.

Dia menceritakan, selama Lebaran, keluarganya lebih banyak berada di
Jakarta. Hanya hari pertama keluarganya berkunjung ke Serang dan Bogor, Jawa Barat.

Pada awal pembicaraan, dia lebih banyak menceritakan tentang kesibukannya
sebagai menteri, sehingga waktu untuk keluarga berkurang. "Karena itu,
setiap di rumah, saya manfaatkan betul untuk keluarga. Rasanya sih mereka
tidak pernah mengeluh," ungkapnya.

Sejak menjadi menteri, Anton memboyong keluarganya tinggal di rumah dinas.
Rumahnya di Bogor dibiarkan kosong.

Di tengah mengobrol dengan Jawa Pos, putri tunggalnya, Sri Rahayu, masuk
membawa secangkir teh. "Silakan diminum. Kebetulan, saat ini saya sedang
puasa Syawal," kata menteri yang diusulkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
tersebut.

Ketika disinggung seputar kekayaannya berdasar LHKPN dan diumumkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), dia hanya tersenyum. "Saya bersyukur dianggap
begitu (disebut menteri termiskin). Pokoknya, kalau dibandingkan menteri
lain, nggak mungkin bisa ngejar, apalagi sama Pak Ical (Menko Kesra Aburizal
Bakrie yang dijuluki sebagai menteri terkaya dalam kabinet SBY, Red),"
ujarnya lantas tertawa.

Dia menjelaskan, sejak menjadi dosen dan kepala laboratorium di IPB, Anton
terbiasa menabung. Hasilnya, dia mampu membeli aset berupa tanah di Bogor.
Kegemaran berhemat itu diteruskan sampai sekarang. "Sebagian berasal dari
gaji dan uang perjalanan ke luar negeri. Itu pun sudah berlebih," tegasnya.

Suami Rossi Rozzana tersebut mengaku, kehidupannya saat masih menjadi dosen
sudah cukup. "Apalagi sekarang, apa sih yang mau kita kejar? Makan saja tak
lebih dari sepiring," katanya.

Sebagai menteri, dia mengaku digaji Rp 19 juta per bulan. Selain dari gaji,
pendapatan Anton diperoleh dari honor menjadi narasumber di seminar. Sebelum
menjadi menteri, dia memang sering diundang sebagai ahli di bidang kimia
pangan. "Tapi, honorarium dari seminar biasanya dikelola staf," jelasnya.

Menurut doktor lulusan University of Reading, Inggris, tersebut, kunci
perbaikan departemen yang dipimpinnya bermula dari diri sendiri. "Kalau
pemimpin tak bisa jadi uswah (teladan, Red), jangan berharap anak buah
mengikuti," ujarnya.

Anton lantas mencontohkan saat dirinya melakukan perjalanan dinas ke daerah
menggunakan pesawat. Dia tidak pernah mau naik kelas bisnis. Dia selalu
minta diberi tiket ekonomi. Demikian pula ketika harus menginap di suatu
daerah. Anton tidak pernah mau diinapkan di hotel berbintang lebih dari
tiga. "Kalau menterinya (pakai) ekonomi, anak buahnya nggak ada yang berani
(di kelas) bisnis," ungkapnya lantas tersenyum.

Menurut dia, budaya Orde Baru, yakni daerah harus selalu menyambut pejabat
pusat dengan servis VVIP, harus dikikis habis. "Saya lebih suka menginap di
rumah petani daripada di hotel. Mereka itu orang yang apa adanya. Tidak ada
yang dibuat-buat, " tegasnya.

Dia lantas menceritakan pengalamannya ketika menginap di rumah salah seorang
petani di Karawang. "Saat itu, atap rumahnya sudah mau roboh," katanya
seraya tersenyum lebar.

Anton mengaku, saat ini dirinya sedang memperjuangkan budaya keterbukaan di
departemen yang dipimpinnya. Salah satu contohnya, nomor HP-nya terbuka bagi
seluruh anak buahnya. Termasuk, pegawai dan penyuluh lapangan di daerah.
"Dari mereka, saya bisa tahu keluhan di lapangan. Termasuk, jika ada laporan
korupsi, langsung saya minta ditindaklanjuti oleh Irjen (inspektorat
jenderal, Red)," jelasnya.

Dia juga sering mengajak anak buahnya outbound (training di alam). "Kalau di
alam, perilaku aslinya terlihat," ujarnya. Dua minggu sekali, dia menggelar
rapat pimpinan yang diakhiri dengan masing-masing saling memberi nasihat.
"Jadi, kalau tidak sesuai dengan yang diomongkan, orangnya malu," katanya.

Kesederhanaan tersebut Anton diakui sekretaris pribadinya, Dr Abdul Munif .
"Saya sampai malu karena bapak sering ngotot pakai kelas ekonomi saat
kunjungan ke daerah. Kadang-kadang, sampai saya akali dengan mengatakan
tiket ekonomi sudah habis," ungkapnya.

Alumnus Bonn University, Jerman, yang mendampingi Anton sejak sebelum
menjadi menteri itu mengaku, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kehormatan
Anton sebagai menteri. "Itu kalau kebetulan sedang bersama menteri lain atau
ada tamu dari luar negeri. Kalau berangkat sendiri, hampir selalu ekonomi,"
jelasnya.

Saat mengunjungi daerah, Munif mengaku banyak pejabat dan bupati yang heran
mengetahui kebiasaan Anton. "Awalnya, mereka (bupati dan pejabat daerah)
heran. Tapi, dua tahun ini sudah biasa. Mereka malah berterima kasih," ujarnya.

Dia menyatakan, satu hal yang paling berkesan adalah perhatian Anton kepada
anak buah. Di antaranya, Anton selalu mengingat nama dan kebiasaan-kebiasaan
kecil stafnya. "Beliau tak risi mengirimkan ucapan selamat ulang tahun atau
memberikan bantuan ketika ada yang punya gawe," ungkapnya. (*)



0 comments:

Post a Comment

silahkan meninggalkan komentar anda disini, terima kasih..