Friday, 30 December 2011

+ 6 Kekecewaan Ranah Teknologi di 2011




Selain hal baik, tentunya ada pula hal buruk. Ini pula yang terjadi di ranah teknologi. Dari sekian banyak produk atau layanan teknologi yang dirilis sepanjang 2011, beberapa di antaranya tak seperti yang diharapkan publik yang menantinya. Berikut 6 kekecewaan ranah teknologi di 2011.

1. iPhone 4S

iPhone 4S memang tampil lebih baik dibanding pendahulunya, iPhone 4. Dilengkapi prosesor dual-core A5, kamera 8 megapixel dan tak lagi didera masalah antena.

Tapi masalahnya, publik saat itu berharap melihat kemunculan iPhone 5. Seperti diketahui, produk baru Apple selalu diawali dengan berbagai rumor beredar sebelumnya.

Tak jarang, rumor tersebut digembar-gemborkan sehingga memunculkan harapan tinggi. Demikian pula yang terjadi pada iPhone 4S yang semula disebut-sebut sebagai iPhone 5.

Dari segi desain, iPhone 4S sama seperti iPhone 4. Kekecewaan lainnya, iPhone 4S ternyata belum mendukung 4G dan teknologi NFC. Meski demikian, fitur voice assistant Siri yang dibenamkan sukses memikat khalayak dan menjadi inovasi baru di smartphone.

2. RIM

Tahun penuh ujian bagi Research In Motion (RIM). Di 2011, performa si pembesut BlackBerry di lantai bursa terus melorot. Bulan ini saham RIM jatuh ke titik terendahnya, seharga USD 15 per lembar saham.

Kekecewaan lainnya, gangguan layanan BlackBerry Messenger yang menimpa jutaan pengguna di empat benua, kurang suksesnya tablet BlackBerry Playbook, isu pemangkasan jumlah karyawan dan ditundanya kedatangan perangkat berbasis BlackBerry 10.

RIM juga harus berurusan dengan pihak penegak hukum soal penggunaan nama BBX yang kini diganti menjadi BlackBerry 10, akronim BBM yang ternyata merupakan merek dagang perusahaan penyiaran BBM Canada, dan tak lupa insiden memalukan dua eksekutif RIM yang mabuk-mabukan di pesawat komersial.

3. HP TouchPad dan webOS

Dirilis Juli 2011 dan mulai dikapalkan di bulan berikutnya, TouchPad sempat mencuri perhatian. Dibenamkannya sistem operasi (OS) webOS membuat publik penasaran, seperti apa tablet besutan Hewlett-Packard (HP) ini.

Sayangnya, nasib berkata lain saat TouchPad dilempar ke pasar. Tablet ini gagal memikat konsumen. Tak kehabisan akal, HP menggelar diskon besar-besaran tabletnya itu, dan ternyata sukses. Barulah banyak orang membelinya. HP juga melakukan 'cuci gudang' dengan menjual TouchPad yang tersisa ke karyawan mereka.

Oktober, HP memutuskan untuk menghentikan kiprah TouchPad. Nasib yang sama menimpa OS bawaannya webOS. Hanya satu tahun setelah HP membeli webOS dari Palm senilai USD 1,2 miliar, sistem operasi tersebut kini dihibahkan ke komunitas open source.

4. Google TV

Google TV sempat digembar-gemborkan sebagai produk revolusioner yang akan membuat banyak orang beralih ke era TV digital. Namun kenyataan berkata lain. Minat konsumen terhadap produk ini, ditambah dengan masih kurangnya konten TV digital membuat Google TV gagal di pasar.

Ibarat ketiban sial, dua vendor yang digandeng Google, Logitech dan Sony ikut mengalami kerugian atas kegagalan ini. Logitech bahkan terang-terangan mengaku kecewa berat, lantaran mengalami kerugian USD 100 juta.

5. Chromebook

Saat pertamakali tampil ke publik Juni 2011, Chromebook yang digagas Google mencoba untuk tampil beda. Ini adalah laptop yang menjalankan OS Chrome. Pengguna tidak dapat menginstal software di laptop tersebut. Sebagai gantinya, ditawarkan beberapa aplikasi di toko online Chrome.

Namun lama kelamaan, produk ini mulai bingung dengan 'jati dirinya'. Untuk internet instan, konsumen lebih suka menggunakan tablet. Sedangkan jika menyasar segmen komputasi ultraportable, ada ultrabook yang kini kian marak di pasaran.

Ketergantungan Chromebook yang sangat besar terhadap koneksi WiFi, dituding menjadi kesalahan terbesar produk ini yang justru malah membatasi gerak-gerik pengguna.

Penjualan Chromebook tidak menggembirakan. Dua vendor yang digandeng Google, Acer dan Samsung hanya mampu menjual 5.000 unit Chromebook.

6. Nintendo 3DS

Penjualan Nintendo 3DS tidak terlalu gemilang. Padahal, saat peluncurannya ratusan orang rela mengantre karena penasaran dengan perangkat game genggam berkemampuan 3D ini.

Teknologi 3D yang menjadi andalannya ternyata belum bisa diterima baik para gamer. Kondisi diperparah dengan pernyataan para ahli kesehatan mata yang menyebutkan perangkat ini dapat merusak mata pemainnya secara permanen.

Faktor kegagalan lainnya adalah, belum banyak game yang memaksimalkan kemampuan Nintendo 3DS. Kualitas kacamata 3D di perangkat yang dirilis Maret ini pun dikeluhkan.

Untuk menyelamatkan nasib 3DS, Nintendo akhirnya memangkas harganya. Jurus ini jitu dan berhasil mendongkrak penjualan. Game 3D berkualitas pun mulai diperbanyak Nintendo untuk mengisi konsolnya ini.



0 comments:

Post a Comment

silahkan meninggalkan komentar anda disini, terima kasih..